Bincang Ilmiah: Dokumen Kearifan Lokal untuk Mitigasi Bencana

Fakultas Ilmu Komunikasi, Unpad bekerjasama dengan Karya Studi Kedokumentasian Indonesia (KSKI), sebuah lembaga beranggotakan praktisi, dosen dan pemerhati kegiatan dokumentasi, menyelenggarakan kegiatan yang dinamai Bincang Ilmiah Kedokumentasian Seri #1: Dokumen Kearifan Lokal untuk Literasi Mitigasi Bencana pada Jumat (08/09/2023) di Auditorium Pascasarjana Fikom Unpad. Terdapat dua narasumber pada acara ini, yaitu Prof. Dr. Ninis Agustini Damayani, M.Lib, dosen pada Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas dan Blasius Sudarsono, MLS, pendiri KSKI. Acara ini dipandu oleh Dr. Agus Rusmana, M.A., dosen Perpustakaan dan Sains Informasi Fikom Unpad. Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum KSKI, Wakil Dekan 1, Manajer Akademik, Kemahasiswa dan Alumni, Kepala Pusat Studi Komunikasi Lingkungan, Ketua Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas, dan undangan dari berbagai perpustakaan dan program studi perpustakaan dan sains informasi di kota Bandung. Untuk memperluas wawasan, mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Fikom Unpad pun ikut hadir.

Dalam paparannya mengenai “Kearifan Lokal Sebagai Dokumen Literasi Mitigasi Bencana: Studi Kasus di Kabupaten Pangandaran,” Prof. Ninis menyampaikan bahwa dokumen kearifan lokal merupakan rekaman atau catatan yang mencatat dan mendokumentasikan berbagai aspek dari kearifan lokal yang bertujuan untuk melestarikan, menjaga, dan menghormati warisan budaya dan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas atau kelompok masyarakat. Dikatakan bahwa dokumen kearifan lokal untuk mitigasi bencana di Kabupaten Pangandaran masih bersifat intangible yaitu berupa kumpulan Syair yang berisi nasihat yang disampaikan secara lisan, Tradisi Seni Badud, dan Tradisi Hajat Laut. Dokumen-dokumen ini dimaknai dan diyakini oleh masyarakat setempat secara turun temurun sebagai cara untuk mengenali, mencegah dan menanggulangi bencana.  Selanjutnya Bapak Blasius sebagai narasumber kedua menyampaikan uraian menanggapi presentasi dari Prof. Ninis dengan membahas dokumentasi kearifan lokal mengenai kebencanaan melalui pandangan Ilmu Dokumentasi Baru (IDB).

Dalam tanggapannya, Bapak Blasius menyatakan bahwa IDB sebagai sebuah ilmu baru sedang melakukan banyak hal agar dapat diterima oleh masyarakat akademik dan masyarakat umum sebagai salah satu ilmu mendasar di Indonesia.   Secara singkat, Beliau menyampaikan apa yang dimaksud dengan IDB, bagaimana bentuknya dan untuk apa IDB itu ada. Uraian ini bertujuan untuk membentuk interrelasi antara Ilmu Komunikasi dan Ilmu Dokumentasi Baru. Melalui penelusuran sejarah awal dokumentasi di Indonesia, dimulai dari penciptaan aksioma dokumentasi yang menyatakan “Pada awal mula adalah kehendak manusia untuk mengeskpresikan apa yang dipikirkan dan/ atau yang dirasakannya” yang kemudian menghasilkan beberapa karya buku Bapak Blasius dan dibentuknya KSKI. Beliau memakai aksioma tersebut sebagai aksioma “teori dokumen dan kegiatan dokumentasi” (kedokumentasian). Pada akhir tanggapannya, Bapak Blasius merangkumkan  uraian yang menyebutkan bahwa dokumentasi adalah sebuah proses siklus yang merupakan langkah dalam penciptaan pengetahuan  dan/ atau ilmu pengetahuan yang mengeksplisitkan pengetahuan tasit menjadi eksplisit, Kemudian dikatakan bahwa dokumentasi adalah simulasi kerja otak yang merupakan fungsi yang harus dilakukan oleh semua orang dimana dokumentasi adalah perjalanan hidup manusia, budaya dan lingkungannya. Terakhir disampaikan bahwa dokumentasi adalah proses, produk (objek) dan ilmu.

Dalam sesi tanya jawab, diperoleh gambaran bahwa dokumen mengenai kebencanaan masih banyak yang berupa catatan terpisah yang berada di instansi terkait dan masih berupa pernyataan lisan dan ritual tradisi seni lokal. Dokumentasi yang diciptakan di masa lampau tetap relevan dengan kondisi masa kini dan masih dapat dijadikan sebagai pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana.

Untuk lebih lengkapnya, Bincang Ilmiah Kedokumentasian dapat diakses di chanel youtube Fikom Unpad dan Divia TV Unpad.

Share this: